SOSIALISASI BULLYING OLEH PRISCILLIA THEA NOVENA

Bullying ada bermacam bentuknya. Bisa fisik, verbal, relasional dan elektronik. Contoh bullying elektronik adalah diceritakan keburukkannya di WA grup. Ada juga seksual bullying, yaitu menyiuli, menyentuh tanpa persetujuan, meneruskan gambar yang tidak pantas dan gossip bernada seksual. Demikian dikatakan oleh Priscillia Thea Novena, psikolog dari Arete Konsultan, dalam paparan berjudul “Todays Youth Chalanger.” Paparan ini diberikan kepada siswa Fase F dan kelas XII SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX” Sedayu, Bantul, Rabu (26/7).

                                      

Efek seksual bullying bisa mematikan mental korban yang menyebabkan penurunan prestasi, tekanan kejiwaan bahkan bunuh diri. Oleh karena itu, jika ada orang yang curhat bahwa ia menjadi korban bullying, harus dibantu, tidak boleh dibiarkan. Bullying sendiri ada banyak penyebabnya, diantaranya adalah masalah keluarga yang berakibat minta diperhatikan, ekspresi luka hati dan ingin memperlihatkan kekuasaan. Yang menjadi keprihatinan Priscillia Thea adalah bahwa korban bullying kadang malah disalahkan. Misalkan korban seksual bullying dianggap memancing dengan pakaian yang seksi. Tapi hal ini sebenarnya tak bisa dibenarkan. Karena mengenakan pakaian seksi sebenarnya tidak masalah selama sesuai dengan waktu dan tempat.

 

Dalam hal kehidupan remaja Priscillia Thea lebih menyoroti soal perilaku konformitas dan penggunaan media digital. Perilaku konformitas terjadi ketika seseorang ingin terlibat dalam suatu komunitas namun ada hal-hal dalam komunitas yang tidak sesuai, bahkan bertentangan, dengan keinginan dirinya. Untuk penggunaan media digital, saat ini gadget menjadi sumber informasi utama para remaja. Menurut WHO, waktu penggunaan media digital yang aman adalah tidak melebihi 2 jam. Angka ini bersifat relative karena kembali lagi ke fungsi media digital. Jika media digital digunakan untuk berkomunikasi atau untuk bekerja, tentu tidak masalah. Tentu akan berbeda jika menggunakan media komunikasi karena adiksi atau untuk melakukan hal-hal yang tak bertanggung jawab.

 

Share this Post