AGUSTINUS HARJUNO MENDENGARKAN KEHENDAK TUHAN

Cita-cita merupakan sesuatu yang diinginkan. Pada cita-cita, yang menjadi subyek adalah manusia. Kadang cita-cita disamakan dengan panggilan. Panggilan memiliki subyek Tuhan, yaitu yang memberi panggilan. Maka, mau dipanggil jadi apa, terserah Tuhan. Manusia hanya mencoba mendengarkan kehendak Tuhan. Demikian dikatakan Agustinus Herjuno, alumni SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX” Sedayu, Bantul, yang menjadi calon bruder dari Ordo Karmel, dalam aksi promosi panggilan, dihadapan siswa Fase E SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX” Sedayu, Bantul. Kegiatan ini dilaksanakan Kamis (27/7). Kegiatan ini masih merupakan rangkaian MPLS.

 

Cita-cita menuntut untuk ada peningkatan. Misalnya menjadi manajer atau pimpinan. Namun, tidak demikian dengan panggilan. Panggilan seorang suster, tidak menuntutnya untuk menjadi pimpinan. Demikian juga dengan panggilan berkeluarga, seorang suami tidak bisa berambisi memiliki dua istri. Maka, panggilan akan menjadi apa, terserah kepada Tuhan. Manusia hanya mencoba mendengarkan kehendak Tuhan.

 

Agustinus Herjuno mengatakan, panggilannya berawal dari SD, yaitu ingin menjadi romo. Ia ingin menjadi romo karena ada seorang romo yang menarik perhatiannya karena senang bercerita. Saat itu ada juga temannya yang ingin menjadi romo. Mereka berdua bermimpi akan menerima tahbisan bersama. Namun ternyata temannya ini tidak setia pada panggilannya. Selepas kelas 6 SD, cita-citanya berubah, yaitu ingin menjadi bruder, karena merasa sebagai orang berdosa yang tak pantas menjadi romo.

 

Agustinus Herjuno kemudian masuk SMP PL Boro. Oleh para bruder FIC, ia ditawari untuk menjadi bruder FIC. Padahal saat itu ia ingin menjadi bruder Karmel. Dan semakin sering ia ditawari masuk FIC, semakin bulat tekadnya menjadi bruder Karmel. Selepas SMA di Pangudi Luhur Sedayu, Agustinus Herjuno masuk ke Postulat Karmel Stella Matutina “Panjer Enjing,” di Batu, Malang. Secara akademik, pendidikan di postulat hasilnya memuaskan.

 

Kepada para siswa, Agustinus Herjuno mengatakan bahwa seorang calon romo, calon bruder dan calon suster boleh mengalami jatuh cinta. Bahkan lebih baik sudah pernah mengalami berpacaran di SMA. Karena hal ini lebih baik dari pada pacaran saat sudah masuk biara. Pacaran juga menjadi sarana untuk mendewasakan diri, dengan mengelola perbedaan pendapat.

Share this Post