BELAJAR “PUBLIC SPEAKING” DARI FRIDOLIN BELNOVANDO

Belajar tentang “public speaking” adalah penting, karena sebaik apa pun ilmu yang dikuasai, jika penyampaiannya tidak baik, bisa sia-sia. Sebaliknya gagasan yang biasa, jika disampaikan dengan baik juga akan mendapat apresiasi yang baik. Demikian dikatakan oleh Fredolin Belnovando, trainer dan pembawa acara, dalam seminar “Dare to Share Your Quality,” Selasa (28/2) di SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX” Sedayu, Bantul. C. Ratna Siwi, Waka Kurikulum, mengatakan kegiatan ini diikuti 47 siswa, yang sebagian besar diantaranya akan membantu mempromosikan sekolah almamaternya.

                       

“Public speaking” diartikan sebagai cara berbicara dengan orang banyak. “Public speaking” ini tidak harus dalam acara formal. Yang menjadi khas dari “public speaking” adalah ada intonasi, ada ekspresi dan ada gesture, tiga hal yang digunakan dalam pembicaraan sehari-hari.

 

Fridolin Belnovando menyebutkan ada empat kendala dalam “public speaking.” Pertama, grogi. Grogi bisa dikurangi dengan rumusan empat detik terik nafas, empat detik menahan nafas, dan empat detik mengeluarkan nafas. Rumusan ini bisa diulang beberapa kali. Yang kedua, belibet, yaitu salah berbicara karena terlalu cepat mengomongkannya. Bisa dikurangi dengan berlatih mengucapkan 7 huruf, yaitu A, I, U, E, O dan R serta S.

 

Yang ketiga adalah blank, tidak tahu harus memulai ucapan dari mana. Solusinya adalah dengan berlatih mendiskripsikan benda atau gagasan. Perlu juga untuk menambah kosakata. Dan yang keempat adalah “filler words,” gumaman untuk mengisi kekosongan. Biasanya adalah aaa…, mmm… atau anu. “Filler words” ini tak menjadi masalah selama tidak dihitung oleh audiens. Solusinya adalah belajar berbicara lebih pelan, agar memiliki waktu untuk memikirkan apa yang akan diucapkan.

 

Agar bisa melakukan “public speaking” dengan baik, penting untuk melakukan persiapan, termasuk melatih apa yang akan diucapkan. Jika materi “public speaking” sudah dilatih, akan menjadi lebih menarik, sehingga audiens tidak akan berfokus pada teks presentasi yang ditampilkan, melainkan berfokus pada ucapan ia yang mempresentasikan..

 

Fridolin Belnovando menyebutkan bahwa struktur “public speaking” adalah pembuka, isi dan penutup. Ketiganya memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Selain ucapan, dalam “public speaking” juga didukung oleh isyarat visual. Harus ada kesesuaian antara ucapan, gerakan tangan dan ekspresi. Juga penting intonasi. Karena beda intonasi akan bisa memberi makna yang berbeda. Intonasi juga bisa membuat pembicaraan menjadi menarik.

 

 

Share this Post