25 Tahun Hidup Bhakti Br Yustinus Wahyu Bintarto, FIC MENGIKUTI APA YANG DIGARISKAN TUHAN

25 Tahun Hidup Bhakti Br Yustinus Wahyu Bintarto, FIC

MENGIKUTI APA YANG DIGARISKAN TUHAN

 

Itulah apa yang sudah diperjuangkan, dan akan tetap diperjuangkan oleh Br. Yustinus Wahyu Bintarto, FIC, yang saat ini diserahi tugas menjadi Kepala SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX” Sedayu. Ketika menapaki panggilan sebagai bruder, ia selalu menyemangati diri dengan tidak menyia-nyiakan tahap yang sudah dijalani dan menantang diri untuk menyelesaikan tahap berikutnya.

 

Kehidupan Br. Yustinus Wahyu ketika muda bisa dikatakan tidak mudah. Ayah dari Br Yustinus Wahyu meninggal ketika ia masih kelas 6 SD. Beberapa tahun kemudian, ibunya menikah lagi dan keluarga itu harus berpindah dari Pelem Dukuh, Kulonprogo, ke Sawangan, Magelang. Di Sawangan, ia tinggal dengan keluarga dari trah ibu.

 

Yustinus Wahyu kemudian bergabung dengan kongregasi FIC. Ia menjalani proses setahap demi setahap, dan selalu optimis dalam menapaki tahap berikutnya. Di usia 20 tahun, ia diserahi tugas untuk mengurusi administrasi sekolah. Teman seangkatannya, Br Andros Simon Briyanto, mengatakan jika Br Wahyu kelihatan pas jika menjadi guru. Namun Br Wahyu memilih untuk menjalani kehendak Tuhan secara mengalir. Dan memang ia kemudian diminta kuliah di jurusan pendidikan, khusunya pendidikan Bahasa Indonesia.

 

Setelah selesai menjalai masa perkuliahan, Br. Yustinus Wahyu Bintarto ditugaskan di SMP Pangudi Luhur Ketapang, kemudian SMP Pangudi Luhur Wedi, SMP Pangudi Luhur Timoho dan saat ini di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Saat ini ia tinggal di Biara FIC Sedayu, Bantul.

 

Sesuai dengan semangat berjalan setapak demi setapak, mengikuti kehendak Tuhan, maka di benak Br. Yustinus Wahyu Bintarto tak pernah sebersit pun pikiran untuk menyerah, keluar dari kongregasi FIC. Meski sebagai pemimpin, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya memiliki sifat temperamental. Pernah ia membuat sakit hati seorang karyawan. Untung seorang guru senior ada yang mengetahui hal ini dan bisa mendamaikan keduanya.

 

Br Yustinus Wahyu Bintarto sadar bahwa ini merupakan bagian dari hidupnya yang harus terus diolah, seiring dengan pertambahan usia panggilan membiara. Sehingga ia akan bisa menyelesaikan garis yang telah direncanakan Tuhan, sampai di ujung goresan.

Share this Post